Konsep Dasar Morfologis
KONSEP DASAR PROSES
MORFOLOGIS
Proses morfologis pada dasarnya adalah proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam
proses afiksasi), pengulangan (dalan proses reduplikasi), penggabungan (dalam
proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan
status (dalam proses konversi). Jadi, dalam analisis morfologi adalah
mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba
menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar
yang berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis. Proses morfologi
melibatkan komponen bentuk dasar, alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi,
komposisi, akronimisasi, dan konversi), makna gramatikal, dan hasil proses
pembentukan (Chaer, 2015: 25).
Contoh:
·
Membaca , terdiri atas morfem {meN-} +
{baca}
·
Murid-murid , terdiri dari morfem
{murid} + Reduplikasi
Ciri Kata Yang Mengalami
Proses Morfologis
Ciri-ciri kata yang mengalami proses morfologis
adalah sebagai berikut:
1. Berfungsi
sebagai tempat penggabungan dan sebagai penggabung.
Contoh:
berfungsi
sebagai penggabungan:
-
{tulis}
-
{bangun}
-
{murid}
-
{gelap}
|
berfungsi
sebagai penggabung:
-
{meN-}
-
{peN-an}
-
{ulang}
-
{gulita}
|
2. Bentuk
dasar tidak selalu bermorfem tunggal, tetapi mungkin berupa morfem kompleks.
Contoh:
Morfem Kompleks:
-
Pertanggungjawaban
-
Bersusah payah
-
Ketidakadilan
|
Bentuk Dasar:
-
Tanggung jawab
-
Susah payah
-
Tidak adil
|
3. Dilihat
dari wujudnya, bentuk dasar dapat berupa pokok kata, bahkan berupa kelompok
kata.
Contoh:
Berupa
Pokok Kata:
Menemukan à temu
Berjuang à juang
Perhubungan à hubung
|
Berupa
Kelompok Kata:
Mengesampingkan à ke samping
Ketidakmampuan à tidak mampu
Dikemukakan à ke muka
|
4. Penggabungan
atau perpaduan morfem mengalami perubahan arti.
Contoh:
Bentuk Dasar
|
Morfem Imbuhan
|
Hasil Kata
|
Makna
|
Cangkul
|
{meN-}
|
Mencangkul
|
Melakukan pekerjaan
dengan menggunakan alat cangkul
|
Juang
|
{ber-}
|
Berjuang
|
Melakukan tindakan
juang
|
5. Perpaduan
bentuk dasar dan afiks.
Contoh:
{meN-} à
{mem-}, {meny-}, {menge-}, {men-}, {me-}.
Penyesuaian ini didasari atas sifat
bunyi awal bentuk dasarnya. Karena bentuk dasar bantu adalah bilabial (bunyi
bibir), bunyi akhir afiks {meN-} juga menyesuaikan diri menjadi bunyi
nasal bilabial sehingga menjadi {mem-},
{meny-}, {menge-} dst (Muslich, 2010: 33-34).
Macam-Macam Proses Morfologis
Macam-macam proses morfologis sebagai berikut:
a. Pembentukan
kata dengan menambahkan morfem afiks pada bentuk dasar.
Contoh:
o
Prefiks {meN-} misalnya kata: menulis à
tulis, memakan à
makan
o
Infiks {-er-} misalnya kata : seruling à
suling
o
Sufiks {-an} misalnya kata: kerjaan à
kerja
o
Konfiks {peN-an} misalnya kata: pembangunan
à
bagun
b.
Pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar.
Contoh:
o
Murid-murid à kata murid + morfem {ulang}
o
Mencari-cari à kata mencari dengan morfem {ulang}
o
Memukul-mukul à kata memukul dengan
morfem {ulang}
c.
Pembentukan kata dengan menggabungkan dua atau
lebih bentuk dasar (Kata Majemuk).
Contoh:
o
Meja hijau à meja + hijau
o
Tinggal landas à tinggal + landas
o
Mata kaki à mata + kaki
Makna gramatikal
Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal
baru muncul dalam proses gramatika, baik proses morfologi maupun proses
sintaksis. Umpamanya, dalam proses prefiksasi ber- pada
dasar dasi muncul makna gramatikal “memakai dasi”. Setiap makna
gramatikal dari suatu proses morfologi akan menampakan makna atau bentuk
dasarnya, misalnya berkuda makna gramatikalnya “mengendarai kuda”,
dan bentukberdiskusi makna gramatikalnya “melakukan diskusi”(Chaer, 2008:
29).
Hasil proses pembentukan
Proses morfologi atau proses pembentukan kata
mempunyai dua hasil yaitu, bentuk dan makna gramatikal. Keduanya merupakan hal
yang berkaitan erat. Bentuk merupakan wujud fisiknya dan makna gramatikal
merupan isi dari wujud fisik atau bentuk itu.
Wujud fisik dari hasil proses afiksasi adalah kata
berafiks, yang disebut kata berimbuhan, kata turunan, atau kata terbitan. Wujud
fisik dari proses reduplikasi adalah kata ulang atau disebut juga bentuk ulang.
Wujud fisik dari hasil proses komposisi adalah kata gabung, disebut juga
gabungan kata, kelompok kata atau kata majemuk (Chaer, 2008: 28).
Pembentukan kata diluar proses
morfologis
Menurut Muslich (2010: 36) masih ada pembentukan kata-kata baru dengan
proses lain. Proses tersebut adalah sebagai berikut:
1) Akronim
Akronim merupakan
kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang
ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Misalnya akronim dalam bahasa
jawa yang sering kita gunakan adalahpaklik yang artinya adalah
“bapak cilik”, bangjo yang artinya adalah “abang ijo”. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia ada banyak akronim, seperti:
Ø Pusdiklat kepanjangan
dari (pusat pendidikan dan pelatihan)
Ø Bimas kepanjangan
dari (bimbingan masyarakat)
Ø Menpora kepanjangan
dari (menteri pemuda dan olahraga)
2) Abreviasi
Abreviasi
adalah apa yang sehari-hari disebut “singkatan” (Sudaryanto, 1983). Misalnya
-
ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
-
HMP (Himbunan Mahasiswa Prodi)
3)
Abreviakronim
Abreviakronim adalah gabungan
antara akronim dengan abreviasi. Misalnya:
- Polri kepanjangan
dari (Polisi Republik Indonesia)
- Pemilu kepanjangan
dari (Pemilihan Umum)
4)
Kontraksi
Kontraksi atau pengerutan,
misalnya begitu (bagai itu), begini (bagai ini)
(Sudaryanto, 1983). Ada juga dijumpai dalam bahasa jawa,
misalnya ning(nanging), mau kae (mengke) (Brandsetter, 1957)
5)
Kliping
Kliping adalah pengambilan suku
khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai kata baru (Samsuri, 1988).
Misalnya influenza menjadi flu,
professional menjadi prof.
6)
Afiksasi pungutan
Misalnya {anti-} menjadi
(antikomunis, antikekerasan), {non-} menjadi (nonformal,
non-pemerintah), {antar-} menjadi (antardaerah, antar
siswa),{swa-} menjadi (swasembada, swadaya, swalayan).
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi
Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Masnur, Muslich. 2010. Tata
Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Komentar
Posting Komentar