Arti Morfem

   
A.    Arti Morfem Imbuhan
Muslich (2008: 66) menyatakan sebenarnya pembicaraan masalah arti morfem imbuhan ini tidak dapat dipisahkan dengan fungsi morfem itu sendiri, yang dimaksud dengan arti pada pembicaraan ini bukanlah arti suatu kata yang terdapat dalam kamus, arti leksikal tetapi arti sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan lainnya/arti gramatikal. Contoh:
-          Berkuda à memiliki arti menaiki seekor ‘kuda’, bukan lagi berarti sebagai binatang berkaki empat.
Morfem-morfem imbuhan yang terdapat dalam bahasa Indonesia dikelompokkan seperti di bawah ini (Muslich, 2008: 66-69):
1.  Makna Morfem imbuhan {meN-}
            Terdapat beberapa arti ataupun makna dalam imbuhan {meN-}, pada beberapa kata {meN-} juga mempertahankan makna dasarnya.

2. Morfem imbuhan {ber-}
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {ber-} dapat dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu berkelas kata kerja, benda, sifat (adjektiva) dan bilangan (numeralia).

3.      Morfem imbuhan {di-}
Artinya imbuhan {di-} hanya satu yaitu, ‘menyatakan suatu tindakan yanag pasif, misalnya:

4.      Morfem imbuhan {ter-}
Artinya bentuk dasar yang dapat bergandeng dengan imbuhan ter adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja, kata sifat, dan kata benda.

5. Morfem Imbuhan {peN}    
Arti imbuhan morfem {peN-} sangat ditentukan oleh kelas kata bentuk dasarnya. Apabila bentuk katanya berkelas kata kerja maka {peN-} mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut:
a.  Menyatakan ‘orang yang (biasa) melakuakan pekerjaan yang sebut pada bentuk dasar’ Contoh: Pengarang à orang yang (biasa) melakauakn mengarang
b.   Menyatakan ‘alat yang dipakai untuk melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’. Contoh: Penggaris à alat untuk menggaris

6.       Morfem imbuhan {pe-}
Pada penggalan terdahulu telah dijelaskan bahwa morfem imbuhan {pe-} mempunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {ber-}, sedangkan morfem imbuhan {peN-} mempunyai kesejajaran dengan morfem imbuhan {meN-}. Pernyataan itu dapat dibuktikan dengan deretan contoh berikut:
Pelari   à “orang yang berlari”
Petani  à “orang yang bertani”
Bandingkan dengan:
Penulis             à “orang yang menulis”
Pembaca          à “orang yang membaca”
                                                           
7.   Morfem imbuhan {per-}
Morfem imbuhan {per-} dapat bergabung dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda, bilangan, dan sifat. Apabila bergandengan dengan bentuk dasar kata benda, {per-} mempunyai arti ‘menjadikan (objek) sebagai’ atau ‘memperlakukan (objek) sebagai’; sedangkan apabila bergandengan dengan bentuk kata bilangan, imbuhan {per-) mempunyai arti ‘membuat jadi’; dan apabila bergandengan dengan bentuk dasar yang berkelas kata sifat, {per-}mempunyai arti ‘membuat jadi lebih’. Contoh:
Peristri             à “menjadikan (objek) sebagai istri”
Perbudak         à “memperlakukan (objek) sebagai budak”
Pertiga             à “membuat jadi tiga”
Perdalam         à “membuat jadi lebih dalam”

8. Morfem Imbuhan {se-}
Morfem imbuhan {se-} bisa bergandengan dengan bentuk dasar yang berkelas kata benda. Contoh: Sekelas, sejalan, sekepala. Imbuhan {se-} yang melekat pada bentuk dasar kata benda mempunyai arti sebagai berikut:
a)      Menyatakan “satu”, misalnya:
Sebuah             à “satu buah”
Seminggu        à“satu minggu”
b)      Menyatakan “seluruh”, misalnya:
Sedunia           à “seluruh dunia”
Seisi buku        à “seluruh isi buku”
c)      Menyatakan “sama” atau “sebesar…”, misalnya:
Sekepala à “sama dengan kepala” atau “sebesar kepala”
Sekucing à “sama dengan kucing” atau “sebesar kucing”
Morfem {se-} bisa bergabung dengan penggolong benda, misalnya: Seorang, seekor, sebuah, sebatang, sebentuk, dan sebidang.
Kata sifat pun bisa dilekati morfem {se-}, misalnya: Sebaik, secantik, segenit, setampan, dan segawat.

9. Morfem Imbuhan {ke-}
Morfem imbuhan {ke-}melekat pada bentuk dasar yang berkelas kata bilangan (kesatu, krtiga, kesembilan). Ada juga yang melekat pada bentuk dasar selain kata bilangan, misalnya: ketua, kerangka, kekasih, kehendak).

10. morfem imbuhan {kan-}
 Morfem {kan-} bisa melekat ada kata benda, misalnya: Arikan, kanfaskan, bukukan. Tentu bisa dengan kata kerja, misalnya: kerjakan, berikan, bacakan, rebahkan, belikan. Dengan kata sifat morfem imbuhan {kan-}bisa melekat, misalnya: hitamkan, putihkan, licinkan, grogikan.
11. Morfem Imbuhan {-i}
            Morfem {-i} biasanya bergandeng dengan bentuk dasar kompleks yang berkelas kata kerja dan biasannya mempunyai dua kemungkinan arti sebagai berikut:
a)      Menyatakan bahwa ‘tindakan’ yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang, misalnya:
Melempari       à “melempar berulang-ulang”
Mengambil      à “mengambil berulang-ulang”
b)      Menyatakan ‘melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya di suatu tempat, misalnya:
Menulisi          à “menulis di…”
Menanami       à “menana di…”
c)      Melakukan sesuatu atau terjadi sesuatu pada…
Meliputi           à “meliputi pada”
Mengenai        à “mengena pada”
Mendekati       à “mendekat pada”

12. Morfem Imbuhan {-wan}
            Morfem imbuhan {-wan} dapat melekat pada bentuk dasar berkelas kata benda, misalnya: sejarahwan, negarawan, hartawan, dwibahasawan.

13. Morfem Afiks {-el-, {-er}, {-em}
            Bentuk telunjuk, misalnya, berarti ‘jari tangan yang biasa digunakan untuk menunjuk’. Seperti diketahui, bentuk itu merupakan hasil proses afiksasi –el- + tunjuk. Contoh lain kemuning, geligi, telapak, serabut, seruling.  Bentuk dasar dari contoh-contoh tersebut adalah kuning, gigi, tapak, sabut, dan suling.
                                                                                   
14. Morfem Imbuhan {ke-an}
            Bentuk dasar yang dapat dilekati oleh morfem imbuhan {ke-an} pada umumnya berkelas kata kerja, benda, sifat, dan bilangan. Berturut-turut kemungkinan arti morfem imbuhan {ka-an} ialah sebagai berikut:
a)      Menyatakan ‘suatu abstraksi atau hal dari bentuk dasar’, misalnya:
Keberangkatan                        “hal berangkat”
Kepergian                                “hal pergi”
Kemanusiaan                           “hal manusia”
b)      Menyatakan ‘menderita atau dikenai apa yang tersebut pada bentuk dasar’ misalnya:
Kedinginan                 “menderita/dikenai dingin”
Kehujanan                   “dikenai hujan”
Ketakutan                   “menderita takut”
c)      Menyatakan ‘tempat’ atau ‘daerah’. Misalnya:
Kelurahan                    “tempat” daerah lurah”
Kecamatan                  “tempat” daerah camat”
Kerajaan                      “daerah raja”
d)     ‘sifat seperti bentuk dasar”
Keindonesiaan                        “sifat Indonesia”
Kejawaan                    “sifat jawa”
                                   

16. Morfem Imbuhan {peN-an}
            Morfem {peN-an} bisa bergabung dengan kata benda (penghaegaan, pengairan, penanaman), kata kerja (pengajaran, pendidikan, penghabisan), kata sifat (pengadilan, pemutihan, pengasingan), kata bilangan (penyatuan). Arti morfem imbuhan {peN-an} dideskripsikan sebagai berikut:
a)      ‘hal/proses’
Pemeriksaan                            “hal/proses memeriksa”
Pembacaan                              “hal/proses membaca”

b)      ‘hal/hasil’
Pengalaman                             “hal/hasil mengalami”
Penghasilan                             “hal/hasil dari menghasilkan”


c)      ‘tempat’
Penggilangan                           “tempat menggiling”
Penampungan                          “tempat menampung”

                                                                       
17. Morfem Imbuhan {per-an}
Setelah melekat pada bentuk dasarnya, morfem imbuhan {per-an} mempunyai tiga kemungkinan arti, yaitu:
a)      Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya:
Perekonomian             “hal-hal yang berhubunga dengan ekonomi”
Perindustrian               “hal-hal yang berhubungan dengan industry”

b)      Menyatakan ‘hal atau hasil dari suatu tindakan yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya:
Perkembangan             “hal berkembang”
Perhitungan                 “hal berhitung” atau “hasil berhitung”

c)      Menyatakan ‘kumpulan’ atau ‘daerah’, mislanya:
Pertokoan                    “daerah took”
Perumahan                  “kumpulan/daerah rumah”

d)     ‘tempat’, misalnya:
Perapian                      “tempat berapi-api (diri)”
Perguruan                    “tempat berguru”

                                                           

18. Morfem Imbuhan {ber-an}
Bentuk dasar yang dapa bergabung dengan morfem imbuhan {ber-an} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja saja, misalnya:
a)      menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh banyak orang’ misalnya:
bermunculan                “banyak yang muncul”
berjatuhan                   “banyak yang jatuh”

b)      menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan secara berulang-ulang’, misalnya:
berloncatan                  “berloncat berulang-ulang”
berlarian                      “berlari berulang-ulang”

c)      menyatakan bahwa ‘tindakan yang terdapat pada bentuk dasarnya dilakukan oleh dua pihak yang saling mengenai’:
berkiriman                   “saling mengirim”
berpandangan              “saling memandang”

                                                           
19. Morfem Afiks {meN-kan}
            Morfem {meN-kan} bisa bergabung dengan kata kerja, misalnya: melaksanakan, menirimkan, mengerjakan, menjalankan. Dengan kata sifat, misalnya: mengindahkan, membahagiaakan, mengasinkan. Dengan kata bilangan, misalnya: menyatakan. Maknanya dapat dilihat sebagai berikut:

a)      ‘menjadikan (objek) sebagai seperti bentuk dasar’:
Mencerminkan                        “menjadikan (objek) sebagai cermin”
Mengakibatkan                       “menjadikan (objek) sebagai akibat”

b)      ‘membuat (objek) (melakukan tindakan) seperti bentuk dasar’”
Menidurkan                             “membuat (objek) (melakukan) tidur”
Membangunkan                      “membuat (objek) bangun”

c)      ‘memberi (objek) sesuatu seperti bentuk dasar’:
Mengizinkan                           “memberi (objek) izin”
Menjanjikan                            “memberi (objek) janji”

d)     ‘melakukan tindakan seperti bentuk dasar’:
            Membicarakan                         “melakukan tindakan bicara”
            Mengerjakan                           “melakukan tindakan kerja”
                                                                       
20. Morfem Afiks {meN-i}
            Sebagai konfiks, morfem {meN-i} dapat bergabung dengan kata benda, misalnya memusuhi, menempati, mewakili. Dengan kata kerja, misalnya: mengawini, menulisi, menduduki, dan dengan kata sifat, misalnya: menyukai, mematuhi, dan menikmati. Arti morfem {meN-i} untuk bentuk-bentuk ini adalah sebagai berikut:
a)      ‘menjadikan (objek) sebagai seperti bentuk dasar’
Memusuhi                               “menjadikan (objek) sebagai musuh’’
Menempati                              “menjadikan (objek) sebagai tempat”
b)      ‘memberi (objek) seperti bentuk dasar’
Menjuduli                                “memberi (objek) judul”
Melukai                                   “memberi (objek) luka”
c)      ‘(melakukan) perbuatan seperti bentuk dasar di/pada/ke (objek)’
Menduduki                             “melakukan duduk di (objek)
Mendatangi                             “dating di (objek)”
d)     ‘membuat/menyebabkan (objek) seperti bentuk dasar’
Menghitami                             “membuat/menyebabkan (objek) hitam”
Mengotori                               “membuat/menyebabkan (objek) kotor”
e)      ‘jadi seperti bentuk dasar di/dalam (objek)’
Merajai                                    “jadi raja di dalam (objek)”
Menokohi                                “jadi tokoh di dalam (objek)”
f)       ‘menganggap/memperlakukan (objek) sebagai seperti bentu dasar’
Membodohi                 “menganggap (objek) bodoh”
Membelakangi             “menganggap (objek) sebagai (ada di) belakang”
                                                           
21. Morfem Afiks {se-nya}
            Konfiks {se-nya} mempunyai arti- tepatnya: tugas-seperti beikut ini:
a)      ‘pembentuk adverbial/keterangan’:
Sebaliknya, seandainya, selanjutnya, secukupnya, sebelumnya, sebaliknya.
b)      ‘pembentuk modalitas’:
Sebenarnya, sekirannya, semestinya, seharusnya
                                                                       
22. Morfem Afiks {isme}, {(is)asi}, {-logi}
Makna {-isme} adalah ‘paham, aliran, sifat’: misalnya klobatisme, bapakisme, marhaenisme, sungkanisme, gombalisme.  Morfem {-(is)asi} bisa bermakna proses atau ‘peN-bentukdasar-an’, misalnya: helmisasi, lelenisasi, KB-nisasi. {-log} berarti studi tentang seperti bentuk dasar, misalnya: jawanologi ‘studi/pengkajian tentang jawa, balinologi ‘studi/pengkajian tentang Bali’, Sundanologi, Maduranologi.
                                                                       
B.     Arti morfem ulang
Menurut Muslich (2008: 89) menyatakan morfem ulang bahasa Indonesia dapat membentuk kata dengan bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda, dan sifat. Di samping itu morfem ulang juga berkombinasi dengan morfem imbuhan dalam membentuk suatu kata. Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja maka morfem ulang mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut:
a)   Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang’ misalnya:
Memukul-mukul                                  “memukul berulang-ulang”
Menggerak-gerakkan              “menggerakkan berulang-ulang”
b)  Menyatakan bahwa ‘tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai / berbalasan’ misalnya:
Bantu-membantu                                “saling membantu”
Tinjau-meninjau                                  “saling meninjau”
c)  Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang bersangkut paut dengan bentuk dasar’ misalnya:
Cetak-mencetak  “hal-hal yang berhubungan dengan kegiata mencetak”
d)  Menyatakan bahwa “tindakan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan seenaknya /santai atau hanya untuk bersenang-senang’ misalnya:
Membaca-baca            “membaca seenaknya / santai untuk bersenang-senang”
Makan-makan             “makan seenaknya / santai untuk bersenang-senang”

e)  Apabila berkombinasi dengan {ber-an} menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh kedua pihak dan saling mengenai, misalnya:
Berkirim-kiriman                     “saling mengirim”
Berolok-olok               “saling mengolok”
f)   Rasa kekhawatiran, rasa ketidaksetujuan, rasa menggerutu:
Datang-datang dalam ‘datang-datang, langsung tidur menjadi “baru saja datang, kok langsung tidur”.

Apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda maka morfem ulang mempunyai beberapa kemungkinan arti yaitu:
a.   Menyatakan ‘banyak’ misalnya:
Kemajuan-kemajuan               “banyak kemajuan”
Gedung-gedung                      “banyak gedung”

b.   Menyatakan ‘meskipun’ misalnya:
Beras-beras (dimakannya)                   “meskipun beras (dimakannya)
Sandal-sandal (diangkatnya)              “meskipun sandal (diangkatnya).
                                                           
Apabila dikombinasi dengan –an menyatakan ‘sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya:
Orang-orangan                        “menyerupai orang”
Kuda-kudaan                          “menyerupai kuda”
                                                                       
Apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, maka kemungkinan arti morfem ulang sebagai berikut:
a)      Menyatakan ‘lebih… lagi’, misalnya:
Cepat-cepat                 “lebih cepat lagi”        berlarilah cepat-cepat!
Rajin-rajin                   “lebih rajin lagi”         belajarlah rajin-rajin!

b)      Apabila berkombinasi dengan {ke-an} menyatakan ‘agak’, misalnya:
Kehijau-hijauan                       “agak hijau”
Keheran-heranan                     “agak heran”

c)      ‘meskipun seperti bentuk dasar’:
Jelek-jelek (dia itu setia)                     “meskipun jelek”
Kecil-kecil (tapi amat dibutuhkan)     “meskipun kecil”

d)     Apabila dikombinasi dengan {se-nya} menyatakan ‘tingkat yang paling tinggi’ atau ‘superlatif’ misalnya:
Sekecil-kecilnya                      “tingkat yang paling kecil”
Sedalam-dalamnya                  “tingkat yang paling dalam”

Pengertian kombinasi antara morfem ulang dan imbuhan seperti yang disebutkan diatas tidaklah mempunyai arti sendiri-sendiri tetapi mendukung satu arti. Jadi berdasarkan contoh diatas disamping terdapat morfem ulang, terdapat juga morfem {ulang-an}, {ber-ulang-an}, dan {se-Ulang-nya} (Muslich, 2008: 91).

C.  Arti morfem konstruksi majemuk
Menurut Muslich (2008: 91) menyatakan secara sederhana kata majemuk bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok:

1.   Kelompok pertama beranggotakan: (idiom)
Kambing hitam                naik daun
Meja hijau                        tangan dingin
Lembaran hitam               mulut besar
Apa boleh buat                 senjata makan tuan           

                                                           
2.   Kelompok kedua beranggotakan: (idiom setengah)
Rumah makan                  tamu wicara
Rumah sakit                     angkat besi
Kamar kecil                      naik haji
Mata air                            jumpa pers
Istri muda                         mabuk laut

3.   Kelompok ke tiga beranggotakan kata-kata majemuk macam: (morfem unik)
Tua renta                          hitam legam
Tua Bangka                      anak pinak
Muda belia                       mendadak sontak

Morfem unik bahasa Indonesia apabila bergandeng dengan morfem lain dapat membentuk-bentuk majemuk. Morfem yang bergandeng dengan morfem unik ada dua jenis, yaitu berjenis kata kerja dan berjenis kata sifat. Yang berjenis kata kerja misalnya morfem lalu dalam lalu lalang, dan morfem simpang dalam simpang siur, sedangkan yang berjenis kata sifat, misalnya morfem tua dalam tua Bangka, muda pada muda belia, gelap dalam gelap gulita, dan sunyi dalam sunyi senyap (Muslich, 2008: 92).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komposisi dalam Bahasa Indonesia

Klasifikasi Kelas Kata: Terbuka dan Tertutup

Afiksasi Pembentukan Verba