Jenis Morfem Bahasa Indonesia


Jenis Morfem Bahasa Indonesia


Morfem bahasa Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian, berikut ini pembagian morfem:

A.    Kemampuan berdistribusi
Berikut ini kutipan dari buku Masnur Muslich (2009: 16) yang akan membantu pemahaman mengenai, jenis morfem berdasarkan kemampuan berdistribusi.
Bambang   : Wah! Dari mana kamu?
Tarzan       : Biasa. Orang kaya, kok. Selalu urusan bisnis.
Bambang   : Ha! Bisnis apa? Kemarin minta uang saya sepuluh rupiah sekarang bilang bisnis
Tarzan       : Kamu bagaimana sih? Saya ini sudah lama terkenal sebagai direktur pabrik biting. Kamu dari mana?
Bambang   : Kuliah.
Tarzan       : Siapa yang percaya? Model kacau balau begini dari kuliah.

Morfem dalam kemampuannya berdistribusi dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu:
-          Morfem Bentuk Bebas à Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat atau tuturan.
Contoh:     Wah! ; Ha! (Sebagai bentuk kalimat seru)
Kampus. (Sebagai  jawaban atas pertanyaan “kamu dari mana?”)

-          Morfem Bentuk Terikat à Morfem yang benar-benar  tidak dapat berdiri sendiri dalam sebuah kalimat atau tuturan.
Contoh:     Urusan =  urus dan –an (pada morfem ini tidak dapat disispi bentuk lain)   

-          Morfem Bentuk Semibebas à Morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, tetapi dapat terpisah dengan unsur pengikutnya dan dapat disisipi bentuk lain (masih memiliki kebebasan).
Contoh:     Dari mana kamu?
                              (Dari – masih bisa disisipi bentuk lain, misalnya: arah)
                  Dari arah mana kamu?  (‘dari’ berdistribusi dengan bentuk ‘arah’)

Bentuk unik dari pendistribusian kata “Kacau balau”, kata balau tidak pernah berdistribusi dengan bentuk lain selain bentuk kacau. Berbeda dengan kacau yang dapat berdistribusi dengan bentuk lain, misalnya: pengacau, sangat kacau, sedang kacau.

B.     Produktivitasnya
Pengamatan ini biasanya hanya dibatasi pada morfem-morfem terikat, khususnya afiks. Pembatasan ini memang dapat dibenarkan sebab pada dasarnya hanya afikslah bentuk linguistic segmental yang bertugas membentuk kata-kata baruyang cara kerjanya sistematik. Oleh karena itu, pembatasan ini hanya terbatas pada morfem afiks.
1)      Afiks produktif à Morfem afiks yang terus-menerus (sangat produktif) membentuk kata-kata baru.
Contoh:     Afiks {ke-an} ---> kesejahteraan, keadilan, kemakmuran, kerakyatan, kemanusiaan.


2)      Afiks tak produktif à Morfem afiks yang sudah tidak mampu lagi membentuk kata-kata baru.
Contoh:     Afiks {ke-} --- Kekasih yang berarti ‘yang di …’ dan berfungsi membendakan
Infiks {-el-,-er-,-em-) --- gemetar, telunjuk, gerigi

3)      Afiks cenderung produktif à Morfem afiks yang saat ini cenderung meningkat pemakaiannya dalam bentuk kata-kata baru.
Contoh:     Morfem afiks serapan {-is, -isme, -isasi} ---> ekonomis, pancasilais, nasionalis,

4)      Afiks cenderung tak produktif à Morfem afisk yang semakin menurun pemakaiannya dalam bentuk kata-kata baru.
Contoh:     Afiks {ber-} --- Adik sedang bermain kelereng
                                         
                                          Adik sedang main kelereng

C.    Relasi antar unsur-unsurnya
Morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya merupakan satu-kesatuan yang tak dapat terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula sebaliknya. Perhatikan contoh kalimat berikut:
“Kesuksesan selalu didambakan setiap manusia yang ingin maju.”

-          Satu morfem = {selalu}, {manusia}, {yang}, {ingin}, {maju}
-          Dua morfem =  {se-tiap}, {ke-sukses-an}
-          Tiga morfem = {di-damba-kan}

a)      Morfem Utuh à Morfem yang deretan fonemnya tidak terpisah.
Contoh:  {selalu}, {manusia}, {yang}, {ingin}, {maju}, {se-}, {di-}, {-kan}

b)     Morfem Terbelah à Morfem yang terpisah dalam pemakainannya (terbelah menjadi 2 pemakaiannya).
Contoh: {Kesuksesan} ---> {ke-an} unsurnya terbelah menjadi dua, yaitu fonem (/k/ dan /e/) berada di depan dan fonem (/a/ dan /n/) berada sesudah kata dasar.

D.    Sumber
Berdasarkan sumbernya, morfem bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem yang berasal dari bahasa Indonesia asli, morfem yang berasal dari daerah yang berada di wilayah Indonesia, dan morfem yang berasal dari  bahasa asing.
·         Bahasa Indonesia asli = prefiks, infiks, sufiks, konfiks.
·         Bahasa serapan daerah = {pra-} ‘prasangka’, {-wan} ‘peragawan’,  {-wati} ‘peragawati’.
·         Bahasa serapan asing = {-is}, {-isme}, {-if} dst.
E.     Jumlah fonem unsurnya
Morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia berunsur fonem. Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada juga yang berunsur lebih dari satu fonem.
Ø  Monofonemis à Morfem yang berunsur satu fonem (hanya terjadi pada afiks).
Contoh:     {-i} --- memetiki
                  {a-} --- amoral

Ø  Polifonemis à Morfem yang berunsur lebih dari satu fonem (dapat terjadi pada morfem bebas dan terikat).
Contoh:     2 fonem --- {di-, ke-, -an}
                  3 fonem --- {ber-, meN-, peN-}
                  4 fonem --- {satu, baik, daki} dst

F.     Keterbukaan bergabung dengan morfem lain
Dalam pemakaiannya, morfem-morfem bahasa Indonesia ada yang mempunyai kemungkinan bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak. Misalnya morfem {meN-}, {ber-}, {di-} walaupun semuanya golongan morfem prefiks, morfem-morfem tersebut memiliki perbedaan.
1.      Prefiks {meN-}, {ber-} dikatakan sebagai bentuk terbuka (masih membuka kemungkinan digabungi morfem prefiks lain).
Contoh:     {meN-} --- mengerti à dimengerti
                  {ber-} --- berlaku à diberlakukan

2.         Prefiks {di-} dikatakan sebagai bentuk tertutup (menutup kemungkinan digabungi dengan morfem prefiks lain).
Contoh:    {di-} --- diinjak à tidak memungkinkan digabungi prefiks lagi.
                         --- dibingkai

3.         Kata-kata yang sejenis juga demikian, dapat dikatakan sebagai terbuka dan tertutup.
Contoh:    Sudah dan Telah
o   Sudah --- disudahi, menyudahi, kesudahan (terbuka)
o   Telah --- tidak terdapat bentuk *ditelahi, *menelahi, *ketelahan (tertutup)

4.         Kata-kata benda
Contoh:
o   Terbuka : paku {memaku, dipaku} ; bajak {membajak, dibajak} ; dst.
o   Tertutup: jarum; tongkat (tidak memiliki ketebukaan)




G.    Keberadaan makna
Bermakna atau tidaknya morfem, ia bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tidak bermakna.
Ø  Morfem leksikal à Kelompok morfem bermakna (memiliki makna sendiri) maknanya dapat dicari di kamus-kamus umum.  Contoh: Lapar, Haus, Lapor, dst.

Ø  Morfem Gramatikal à Kelompok morfem tidak bermakna (tidak bermakna apabila sendiri)—afiks—Kelompok ini akan diketahui maknanya apabila sudah berada dalam konstruksi yang lebih besar, atau dikatakan telah melekat pada bentuk dasar.
Contoh:     {ter-} --- terdakwa ‘yang di tuduh’
                  {di-} --- disuruh         
(Muslich, 2009: 16-24).


Daftar Pustaka

Muslich, Masnur. 2009. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komposisi dalam Bahasa Indonesia

Klasifikasi Kelas Kata: Terbuka dan Tertutup

Afiksasi Pembentukan Nomina